Kamis, 10 November 2011

Mengapa Orang Menguap, dan Mengapa Menguap Itu Menular ??


Menguap lebih menular daripada pilek. Melihat seseorang menguap, hampir pasti Anda pun akan menguap. Bahkan hanya membaca tentang menguap dapat membuat Anda menguap.
Apakah Anda sudah menguap ???
           
            Jika ya, Anda tidak sendirian. Manusia menguap sepanjang hari. Kita menguap ketika bangun pagi. Kita menguap ketika hendak pergi tidur pada malam hari. Dan menurut penelitian, kita banyak menguap ketika menonton televisi. Kita bahkan menguap ketika sedang jogging cepat di taman.
            Manusia bukan satu-satunya makhluk yang menguap. Banyak hewan lain, dari singa sampai ikan, membuka rahangnya lebar-lebar untuk menguap juga.
            Ketika kita melihat orang menguap, kita sering mengira mereka letih atau bosan. Tetapi ketika ikan petarung Siam menguap, hati-hati! Ikan jantan mulai menguap ketika mereka melihat jantan lainnya. Lebih banyak menguap lagi terjadi – sekitar satu kali setiap 10 menit. Kemudian ikan menyerang ikan, dan perkelahian pun pecah. Hewan lain, seperti monyet dan singa, menguap ketika lapar.
            Mengapa manusia menguap? Penjelasan yang umum adalah kita menguap untuk menghirup tambahan oksigen – misalnya ketika berada di ruangan pengap. Tetapi Robert Provine, seorang psikolog yang mempelajari soal menguap, berkata itu tidak benar. Orang yang diberi oksigen murni menguap sama seringnya seperti orang yang bernapas udara biasa.
            Provine berkata tidak seorang pun tahu pasti mengapa orang menguap atau mengapa menguap begitu menular. Tetapi ia berusaha mencari tahu.
            Selama bertahun-tahun Provine telah mengadakan sejumlah percobaan menguap di Universitas Maryland, AS. Di salah satunya, ia meminta sukarelawan untuk duduk sendirian di ruang gelap dan berpikir tentang menguap. Ketika mereka merasa ingin menguap, mereka menekan tombol. Ketika menguap selesai, mereka melakukan hal yang sama.
            Provine menemukan bahwa rata-rata menguap berlangsung sekitar 6 detik. Satu orang yang berkonsentrasi kuat-kuat menguap 76 kali dalam setengah jam.
            Berikutnya, Provine merekam dirinya sendiri menguap atau tersenyum dengan video. Ketika diperlihatkan rekaman itu, hanya sekitar satu dari lima penonton tersenyum ketika mereka melihat Provine tersenyum. Tetapi lebih dari setengah penonton menguap bersama sang psikolog. Kesimpulannya : Menguap tampaknya lebih menular daripada keramahan.
            Ketika menguap, kita menengadahkan kepala, rahang jatuh, mata memejam, dan alis berkerut. Provine menunjukkan bahwa ketika kita meregangkan tubuh, biasanya kita juga menguap. Menguap, katanya, mungkin cara meregangkan kepala dan leher. Tetapi menguap juga menghentikan sesaat darah yang mengangkut oksigen agar tidak meninggalkan otak. Jadi menguap mungkin sekaligus membangunkan kita selain menenangkan kita.
            Anda dapat melihat sendiri bahwa menguap hanya soal bernapas dalam-dalam dengan melakukan percobaan sendiri, kata Provine. Rapatkan bibir Anda pada awal menguap dan cobalah bernapas lewat hidung. Hampir mustahil. Jika menguap hanya bernapas dalam-dalam, hidung Anda akan bekerja sama baiknya seperti mulut Anda.
            Menguap begitu menular, kata Provine, karena otak kita mungkin “terprogram” untuk menanggapi wajah menguap. Karena manusia mula-mula hidup dalam kelompok, menguap mungkin cara untuk menyelaraskan perilaku kelompok. Satu orang menguap yang membuat lainnya menguap mungkin berarti waktunya tidur – atau waktunya berburu.

Sekarang sudahkah Anda menguap???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar